Tuna Bluefin Awalnya Dijadikan Makanan Kucing, Kini Jadi Hidangan Mewah di Restoran

Awalnya aging tuna hanya disajikan untuk kucing. Tuna sempat dianggap sebagai hidangan tidak diinginkan dan cocok untuk masyarakat kelas bawah.

Editor: Geafry Necolsen
AFP
Awalnya aging tuna hanya disajikan untuk kucing. Tuna sempat dianggap sebagai hidangan tidak diinginkan dan cocok untuk masyarakat kelas bawah. 

Tuna Bluefin Awalnya Dijadikan Makanan Kucing, Kini Jadi Hidangan Mewah di Restoran

TRIBUNKALTIM.CO, WIKI - Seekor ikan tuna sirip biru atau bluefin baru saja terjual dengan harga fantastis yaitu 193 juta yen atau setara dengan Rp 25 miliar.

Tuna sirip biru dengan bobot 276 kilogram itu di lelang saat tahun baru di Pasar Ikan Tokyo Toyosu.

Menurut The Japan Times, tuna bluefin dikenal di Jepang sebagai hon-maguro atau "tuna sejati".

Sayangnya, meskipun tuna jenis ini sangat populer, populasinya di dunia sangat rendah, karena penangkapan yang berlebihan.

Bagaimana sejarah tuna bluefin diburu dan digemari?

Pada ratusan tahun lalu, potongan daging tuna hanya disajikan untuk kucing. Tuna sempat dianggap sebagai hidangan tidak diinginkan dan cocok untuk masyarakat kelas bawah.

Ada dua alasan utama mengenai hal tersebut. Pertama, tuna dalam bahasa Jepang kuno adalah shibi. Kata yang masih digunakan di beberapa bagian Jepang itu bermakna "hari kematian".

Orang-orang dari Zaman Edo (1603-1868), terutama kelas samurai mempercayai hal tersebut, sehingga tuna memperoleh reputasi sebagai ikan yang sial.

Alasan lainnya adalah pada era tersebut manusia belum mengenal mesin pendingin.

Saat ingin menyantap ikan, maka ikan akan dibiarkan hidup selama mungkin untuk memastikan kesegarannya.

Tuna yang memiliki ukuran besar seringkali tidak dapat hidup dalam jangka waktu lama, sehingga dagingnya membusuk dengan cepat.

Bagian-bagian berlemak dari ikan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan bagian tanpa lemak.

Orang Jepang pun sangat tidak menyukai bagian itu, sehingga bagian berlemak dianggap cocok untuk makanan kucing.

Reputasi tuna saat itu hanya untuk masyarakat kelas bawah. Hingga tahun 1890-an, sebagian besar tuna dikonsumsi oleh nelayan yang menangkapnya, dan keluarga mereka.

Mereka juga menghindari bagian berlemak. Bagian-bagian berlemak itu yang disebut otoro, kini menjadi bagian paling diminati dan mahal dari ikan apa pun.

Sepotong otoro (daging perut berlemak) adalah salah satu potongan paling berharga yang dapat masukkan ke dalam mulut penikmatnya.

Otoro dikonsumsi dalam jumlah besar sejak 1920-an. Ketika itu dijual sebagai makanan darurat dan murah dari kios-kios jalanan setelah Gempa Kanto Besar 1923.

Sumber: Kompas.com
Ikuti kami di
6713 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved