Budaya
Sebelum Menikah, Kaum Pria Suku Anak Dalam Wajib Mengabdi 2.000 Hari ke Calon Mertua
Sebelum menikahi perempuan pujaan hatinya, lelaki Rimba harus mengabdi terlebih dahulu selama 2.000 hari.
Sebelum Menikah, Kaum Pria Suku Anak Dalam Wajib Mengabdi 2.000 Hari ke Calon Mertua
TRIBUNKALTIM.CO- Suku Anak Dalam (SAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Orang Rimba adalah sebuah suku lokal dari Provinsi Jambi.
Dalam peradaban Orang Rimba, perempuan rimba menempati posisi tinggi.
Seorang dukun atau malim adalah perempuan, garis keturunan pun berasal dari perempuan.
Orang Rimba memiliki sebuah tradisi unik yang mengatur cara pacaran Orang Rimba, yakni tradisi Bekintangon.
• Silariang, Istilah Kawin Lari dalam Suku Bugis yang Bisa Berujung Maut
• Ritual Hidupkan Kembali Jasad Leluhur Manene di Tana Toraja, Punya Makna Mendalam
• 5 Tradisi Unik Pernikahan Berbagai Negara, Pria di Rumania Harus Bayar Tebusan
• 6 Fakta Unik Yordania, Negara dengan Ibu Kota Tertua di Dunia
Tradisi Bekintangon mengatur seorang lelaki agar mengabdi kepada perempuan (pujaan hati) beserta keluarga si perempuan selama bertahun-tahun.
Sebelum menikahi perempuan pujaan hatinya, lelaki Rimba harus mengabdi terlebih dahulu selama 2.000 hari.
Hal ini dilakukan untuk membuktikan ketulusan dan kepandaian dalam mencari makan, berburu, dan meramu.
Dalam buku itu, Butet menjelaskan perempuan rimba memiliki posisi tinggi dalam peradaban Orang Rimba.
Meskipun Orang Rimba lelaki memiliki banyak istri, tapi garis keturunan berasal dari ibu atau matrilineal.
Dengan demikian, apabila lelaki hendak memperistri perempuan rimba, maka dia harus tinggal bersama keluarga perempuan selama beberapa tahun.
Nah, poin penting dalam tradisi Bekintangon adalah mendidik calon istri.
Meskipun tinggal bersama keluarga perempuan, seorang lelaki rimba tak boleh macam-macam.
"Kalau pegang tangan, denda 20 bidang kain," tutur Betuah (19), seorang anak rimba yang pernah menjalani tradisi Bekintangon, namun gagal.
Bahkan, di beberapa daerah rimba yang lain, mengajak perempuan muda rimba bicara, bisa dikenai 50 bidang kain.
Apabila menikah, namun tradisi Bekintangon-nya belum genap lima tahun lebih atau sekitar 2.000 hari, maka ada tradisi dipukul pakai kayu (lelaki dan perempuan) oleh seluruh keluarga perempuan.
"Pukulan itu terkadang sampai cacat. Tapi kita boleh melarikan diri. Ini bagian dari menebus dosa. Karena bekintangon belum sampai 2.000 hari," terang Betuah.
Dalam tradisi Bekintangon, apabila hubungan yang dijalin menemukan kecocokan, satu pasangan rimba bisa melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan.
Namun, sekalinya putus, mereka tak akan bisa kembali menjalani masa pacaran itu.
Sementara, apabila berhasil, maka tradisi Bakintangon lanjut pada ujian berikutnya, yakni Niti Antui.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!