Sejarah

Tidak Ada Megathrust di Selat Makassar, Simak Sejarah Gempa Sulawesi

Potensi gempa harus disampaikan kepada masyarakat apa adanya sesuai fakta tidak berlebihan hingga menimbulkan kecemasan masyarakat.

Penulis: Geafry Necolsen | Editor: Geafry Necolsen
AFP
Ilustrasi Gempa 

Tidak Ada Megathrust di Selat Makassar, Simak Sejarah Gempa Sulawesi

TRIBUNKALTIM.CO - Isu gempa besar yang maha dahsyat akan terjadi di Selat Makassar berembus santer, karena isu adanya zona megathrust di wilayah itu.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) telah membantah kabar hoaks tersebut.

Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan akhir-akhir ini ada pemberitaan viral yang menyebutkan bahwa di Selat Makassar terdapat zona megathrust.

"Disebutkan, megathrust ini mampu memicu gempa maha dahsyat. Tentu saja informasi ini tidak benar," tegas dia.

Daryono menjelaskan wilayah Pulau Sulawesi memiliki 48 struktur sesar aktif dan satu zona Megathrust Sulawesi Utara.

Hal itu ditulis dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia yang diterbitkan Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) tahun 2017.

Apa itu Megathrust?

Daryono memaparkan megathrust adalah istilah untuk menyebut sumber gempa di zona penunjaman lempeng, tepatnya lajur subduksi landai dan dangkal.

Zona megathrust di Sulawesi, letaknya berhadapan dengan wilayah pesisir pantai utara Sulawesi Utara, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Tengah bagian utara.

Megathrust Sulawesi Utara merupakan sumber gempa yang berpotensi memicu gempa kuat. "Di selat Makassar tidak ada aktivitas penunjaman lempeng (Pate subduction), tetapi yang ada adalah sumber gempa Makassar.

Strait Thrust yang artinya Sesar Naik Selat Makassar," ungkap Daryono.

Catatan sejarah gempa Pulau Sulawesi Sulawesi memang merupakan wilayah rawan gempa. Mengingat wilayahnya banyak terdapat sumber gempa.

Kendati demikian, kata Daryono, potensi gempa harus disampaikan kepada masyarakat apa adanya sesuai fakta tidak berlebihan hingga menimbulkan kecemasan masyarakat.

Berdasarkan buku tersebut, catatan sejarah gempa dan tsunami menunjukkan sejak tahun 1800, di Pulau Sulawesi dan sekitarnya sudah terjadi 69 kali gempa merusak dan tsunami.

Gempa merusak terjadi lebih dari 45 kali dan tsunami terjadi lebih dari 24 kali.

"Sebagian besar gempa dan tsunami di Sulawesi dipicu oleh aktivitas sesar aktif, bukan aktivitas zona megathrust," jelas Daryono.

Sedangkan, tsunami yang dipicu Megathrust Sulawesi Utara hanya terjadi empat kali.

Di antaranya Tsunami Utara Gorontalo pada 25 Agustus 1871, Tsunami Tolitoli pada 2 Februari 1904, Tsunami Kwandang Manado pada 29 Januari 1920 dan Tsunami Tolitoli pada 1 Januari 1996 yang menelan sembilan korban jiwa.

Daryono mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir, meski tinggal di daerah rawan gempa.

Sumber: Kompas.com
Ikuti kami di
49 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved