Wabah Penyakit
Virus Nipah Pertama Kali Ditemukan di Pulau Kalimantan, Berpotensi Menjadi Pandemi
Kementerian Kesehatan Indonesia turut meminta masyarakat waspada akan ancaman virus tersebut, terutama dari perdagangan hewan ternak.
TRIBUNKALTIM.CO - Pandemi COVID-19 belum berakhir, namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengabarkan ancaman virus nipah yang berpotensi menjadi wabah baru.
Bahkan, Kementerian Kesehatan Indonesia turut meminta masyarakat waspada akan ancaman virus tersebut, terutama dari perdagangan hewan ternak.
Apa itu virus nipah dan seberapa bahaya wabah ini bagi manusia?
Mengenal Virus Nipah
Pada saat itu, sedang terjadi wabah di kalangan peternak babi. Lalu, di tahun 2001, Bangladesh juga melaporkan negaranya juga diserang oleh virus ini. Infeksi virus nipah pun telah diidentifikasi muncul di India bagian timur.
Baca juga: Lebih Mematikan Dibanding Corona, Wabah Pneumonia Misterius Muncul di Kazaktan
Baca juga: Selain Virus Corona dan Ebola, Ada Wabah Locus di Afrika
Menurut catatan WHO, penyebaran virus Nipah sejak tahun 1998 hingga 2008 sudah menorehkan 477 kasus infeksi dan 248 kematian.
Tingkat kematian kasus akibat virus ini diperkirakan mencapai 40 hingga 75 persen. Angkanya bervariasi, tergantung kemampuan tiap daerah untuk menangani adanya wabah penyakit.
Perlu diketahui, NiV adalah virus yang masih sekeluarga dengan Paramyxoviridae, genus Henipavirus.
NiV merupakan virus zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia. Inang atau dugaan pembawa patogen virus adalah kelelawar buah (Pteropus).
Kelelawar buah yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ke manusia atau hewan lain, seperti babi.
Baca juga: 5 Wabah Terburuk di Dunia yang Merenggut Ratusan Juta Nyawa Manusia
Baca juga: Tahun 1918, Flu Spanyol dari China, Tewaskan 50 Juta Orang
Apabila berkontak dengan hewan terinfeksi, misalnya lewat cairan, urin, atau kotorannya, manusia bisa ikut terpapar dan terinfeksi. Setelah terpapar, penyebaran virus NiV antarmanusia pun dapat terjadi.