Budaya
Lampion Identik dengan Perayaan Tahun Baru Imlek, Ini Penjelasannya
simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dnegan keberuntungan, rezeki dan kebahagiaan.
TRIBUNKALTIM.CO - Perayaan Imlek sudah menjadi tradisi warga Tionghoa setiap tahunnya.
Tentunya segala persiapan yang mencakup pernak-pernik sudah dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
Mulai dari angpau, makanan khas imlek, petasan, hingga lampion atau lentera merah.
Lampion biasanya ditemukan di rumah warga Tionghoa, pusat perbelanjaan, kelenteng, maupun restoran.
Meski tampak sederhana, bicara tentang lampion merah ternyata memiliki makna yang ada di dalamnya.
Baca juga: Mengenal Klenteng Toa Pek Kong, Saksi Sejarah Perang Dunia
Baca juga: Sejarah Beras Menjadi Makanan Pokok Masyarakat Indonesia
Dirangkum TribunTravel dari berbagai sumber, lampion merah memang tak bisa dipisahkan dari Perayaan Tahun Baru Imlek.
Lampion merah bisa dibilang, Perayaan Tahun Baru Imlek kurang afdol dan meriah jika tak ada lampion yang menghiasi.
Baca juga: Ditiru dalam Skala Besar, China Bangun Replika Kota Paris
Baca juga: Pilot Pesawat Tanpa Awak, Kini Jadi Profesi Baru Bidang Pertanian di China

Dalam bahasa mandarin, lampion dikenal dengan sebutan dēng lóng atau dēng cǎi yang berarti sangkar atau tempat, sehingga jika diletakkan secara bersama sebagai tempat cahaya atau sumber cahaya.
Baca juga: 8 Larangan yang Dilakukan Saat Imlek
Baca juga: Keutamaan Puasa di Tahun Baru Islam, Lengkap dengan Niat dan Doanya
Lampion merupakan perpaduan antara seni lukis, hiasan gunting kertas, origami dan sulaman yang menggunakan bahan bambu, kayu, rotan, batang gandum, tanduk hewan, bahan logam dan sutera.
Tradisi memasang lampion sudah ada sejak era Dinasti Xi Han yang berlangsung sekitar abad ke-3 masehi di China.