Memahami D-dimer pada Pasien Covid-19, Apa Sih Itu?
Dahlan Iskan yang seorang penyintas Covid-19 mengaku saat terinfeksi Covid-19 Januari lalu, tingkat D-dimer dalam darahnya mencapai angka 2.600.
TRIBUNKALTIM.CO - Belakangan istilah D-dimer banyak dikaitkan dengan pasien Covid-19.
Hal ini pun disinggung Dahlan Iskan dalam tulisannya di situs disway.id.
Dahlan Iskan yang seorang penyintas Covid-19 mengaku saat terinfeksi Covid-19 Januari lalu, tingkat D-dimer dalam darahnya mencapai angka 2.600.
"Saya bersyukur tim dokter memasukkan D-dimer ke dalam daftar yang harus dicek. Lalu ketahuanlah angka 2.600 tersebut. Kelewat tinggi. Normalnya, maksimum 500," tulis Dahlan Iskan.
Dahlan juga menceritakan tentang seorang pasien Covid-19 di Semarang yang meninggal dunia setelah 10 hari dinyatakan negatif Covid-19.
Baca juga: Ini Dia, Pasien Covid-19 Pertama di Indonesia
Baca juga: Jumlah Pasien Covid-19 Meningkat, Ini Masker yang Direkomendasikan WHO
Sehari setelah dinyatakan negatif Covid-19, pasien bernama Santoso itu sulit bernapas.
Dia harus dimasukkan ke ICU non-Covid hingga dipasang ventilator.
"Setelah diperiksa, D-dimer Santoso ternyata di level 6.000. Santoso tidak pernah keluar dari ICU sampai meninggal dunia tanggal 1 Januari," tulis mantan Menteri BUMN itu.
Lantas, apa sebenarnya D-dimer dan dampaknya pada pasien Covid-19?
Mengenal D-dimer
Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi dokter spesialis penyakit dalam, dr Andi Khomeini Takdir Haruni, Sp.PD-KPsi.